Desember 10, 2008
Premis 1:
Sumber belajar utama atau dominan dalam tradisi proses belajar-mengajar
di Indonesia adalah guru dan buku pelajaran. Karena itu, mutu hasil
belajar siswa terutama bergantung kepada mutu guru dan mutu buku
pelajaran.
Premis 2a:
Secara umum guru kita kurang bermutu karena berbagai faktor penyebab
seperti tingkat kesejahteraan yang rendah, pendidikan calon guru yang
kurang bermutu, dan kurangnya pembinaan profesional guru.
Premis 2b:
Mutu buku pelajaran penerbit swasta lebih baik daripada buku pelajaran
versi Buku Sekolah Elektronik (BSE). Melalui kebijakan pemerintah, cq.
Depdiknas yang melarang penerbit menjual buku ke sekolah dan penetapan
dana BOS buku untuk membeli BSE, banyak penerbit swasta yang bangkrut
dan yang bertahan pun akan mengurangi mutu buku agar terbeli siswa.
Jelaslah buku pelajaran sedang dan akan dimonopoli BSE.
Kesimpulan: Secara umum yang akan terjadi sbb:
● Guru
tak bermutu + buku pelajaran tak bermutu = Merosotnya prestasi atau
mutu hasil belajar siswa. Gejala ini akan mulai terlihat pada data
menurunnya nilai evaluasi murni (NEM) ujian nasional (UN) 2009 karena
banyak siswa di daerah belum memiliki buku pelajaran. Dengan kata lain,
jumlah siswa yang tak lulus UN akan meningkat. Hal ini akan lebih jelas
terlihat 3 tahun mendatang, yakni di tahun 2011, terutama untuk SMP dan
SMA. Sedangkan, SD lebih kemudian karena masa belajar SD 6 tahun.
● Padahal, jika guru tak bermutu + buku pelajaran bermutu = prestasi belajar siswa akan tertolong.
● Dan harapan ideal kita adalah guru bermutu + buku pelajaran bermutu = prestasi belajar siswa yang ideal.
Gagasan solusi:
♥ Larangan
penerbit menjual buku ke sekolah hendaknya dikoreksi karena jaringan
toko buku yang belum tersebar ke seluruh Indonesia.
♥ Pemerintah mengoreksi harga eceran tertinggi (HET) Rp 20 000 yang belum memasukkan variabel ongkos distribusi.
♥ Nasib
penerbit swasta harus ditolong dari kebangkrutan karena keuntungan dari
penjualan buku pelajaran akan digunakan penerbit untuk meningkatkan
kualitas buku, menerbitkan buku-buku referensi seperti atlas, kamus,
ensiklopedi, buku bacaan, dan buku penunjang lain, pengadaan alat bantu
pelajaran dan alat peraga, buku panduan guru, dan membantu pemerintah
mengadakan pelatihan bagi guru agar mampu menggunakan buku yang
diterbitkan dan sebagai wahana promosi.
♥ Penerbit
akan menggunakan keuntungan penjualan buku pelajaran untuk
mengembangkan dan menerbitkan perangkat lunak sumber dan sarana belajar
audiovisual atau digital.
♥ Jika
monopoli BSE dihentikan dan kebijakan perbukuan dibenahi untuk jangka
panjang dalam 5 tahun ke depan kualitas buku pelajaran dan buku sumber
lain dan program audiovisuaol di sekolah kita akan menyamai
negara-negara lain di wilayah ASEAN, yang memberikan peluang yang sama
kepada buku penerbit swasta yang lolos pengesahan pemerintah dan yang
tak lolos pengesahan untuk bersaing di pasar serta buku penerbit asing
bersaing secara sehat dalam bisnis buku pelajaran.
Sumber: http://sbelen.wordpress.com/tag/buku-sekolah-elektronik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar